Secara historis factual, umat Islam pernah berada di Spanyol selama 7 abad. Sejarah juga mencatat bahwa umat Islam pernah pula menggeser dominasi kekuatan imperium persi maupun Romawi, yang kekuatannya saat itu barang kali mirip kekuasaan Barat sekarang ini.kerajaan Turki Usmani pernah pula masuk ke pintu gerbang Wina dan dipukul mundur pads tahun 1683.
Dalam perjalanan panjang memasuki jantung Eropa, kerajaan Turki Usmani meninggalkan komunitas-komunita Muslim baik di Bulgaria, Albania, maupun mantan Yoguslavia, yang sekarang lebih dikanal dengan sebutan Bosnia-Herzegovina. Dalam kemelut antar etnik di Bulgaria beberapa tahun yang lalu, komunitas muslim ini lebih suka pindah ke Turki daripada harus mengganti nama muslim mereka menjadi nama Bulgaria. Belum lagi jika kita melihat komunitas Muslim di bekas Negara Uni Soviet, baik di Turkistan, Uzbekistan, Azerbaizan dan Negara-negara Asia Tengah yang lain. Mereka semua adalah masih serumpun dengan bangsa Turki-Muslim sekarang ini .kekaguman kita kepada gerak penyebar Islam ke seluruh antero dunia akan semakin bertambah jika dikupas bagaimana proses penyebaran Islam di anak benua India, benua Afrika dan Asia Tenggara, khususnya Indonesia.
Cukup berasalan, jika dunia Barat saat itu memendam rasa ingin tahu mengapa saudara kandungnya yang usianya lebih muda 7 abad dapat memperoleh simpati masyarakat dunia dalam tempo yang cukup relatif singkat. Sebelum wilayah Islam merambah ke wilayah yang begitu luas, umat Islam sebenarnya pernah secara intensif berhubungan dengan Barat. Bukan dalam arti sekarang tetapi Barat dalam arti peradaban Yunani. Gerakan penerjemahan buku-buku ilmu pengetahuan Yunnani dilakukan oleh umat Islam secara besar-besaran. Saat itu agaknya tidak berlaku jargon ilmu pengetahuan orang kafir, sehingga mereka dapat menekuni bidang keilmuan dengan tekun. Berbagai cabang ilmu pengetahuan di dapat dan sekaligus diadopsi oleh umat Islam, sejak dari logika falsafah, kimia, kesusastraan maupun hukum. Pendeknya, kebudayaan Islam saat itu sekaligus bertindak sebagai perantara antara kebudayaan Yunani Kuno dan peradaban ilmu pengetahuan modern. Namun justru fungsi perantara inilah yang hendak dilupakan oleh sejarah, lantaran kesalahpahaman orang akan makna literatur Yunani ikut memberi andil yang begitu besar dalam pembentukan peradaban baru Islam dalam era kerajaan Abbasiyah. Namun satu hal yang jelas bahwa pemekaran kebudayaan dan ilmu pengetahuan saat itu tidak segera diikuti dengan era kolonialisme-imperalisme seperti yang dilakukan oleh barat selama 5 abad belakangan ini.
Setelah Baghdad jatuh ke tangan Mongol, yakni 5 abad setelah umat Islam mewarnai percaturan dunia, bangsa-bangsa Barat mulai berbenah diri. Perang Salib selama 200 tahun cukup member kesan yang mendasar terhadap Barat. secara serius Barat mulai mempelajari ulang khazanah intelektual mereka lewat perantara karya-karya ilmuwan muslim. Menurut catatan para sejarawan pengaruh ibn Rusdh dan Ibn Sina juga para ilmuwan muslim yang lain sangat besar di Barat. Karya Ibn Sina yang berjudul Al-Qanun ft al-Rib masih menjadi rujukan bahan kajian ilmu kedokteran di Bar at sampai abad ke-16. Bagi Barat khazanah intelektual Islam cukup memberi inspirasi yang cukup berharga untuk memekarkan kebudayaan mereka sendiri.sementara itu setelah jatuhnya Baghdad ada 3 kerajaan Islam yang besar yaitu karajaan Turki Usmani, kerajaan Moghol di India dan kerajaan Safawi di Persi. Pada saat yang sama Barat menyusun kekuatan baru.
Barat tidak terlalu lama beradaptasi dengan kebudayaan yang telah di kembangkan oleh orang islam. Hanya 250 tahun dari jatuhnya Baghdad kerajaan Islam di Spanyol telah diusir dari Cordova. Mulai tahun 1492 kerajaan Islam di Spanyol musnah. Pada saat yang sama ekspedisi Columbus yang semula mencari kepulauan Maluku menemukan benua Amerika.bahkan rombongan Spanyol juga telah sampai di Filipina pada tahun 1511 clan Portugal telah sampai di Maluku. VOC Belanda memasuki Batavia tahun 1602. Dari sinilah abad kolonialisme dan imperalisme itu di mulai.
Pergumulan Keilmuan antara Islam dan Barat
Sejarah kolonialisme-imperalisme yang di mulai pada abad ke 16 hingga abad 20 telah merubah peta umat Islam secara drastis. Suclah barang tentu kekuasaan dan dominasi Barat atas dunia Islam bukanya ticlak diawali dengan tanpa keringat. Sejak usainya Perang Salib, Barat secara terus menerus Barat mempelajari peta kekuatan umat Islam, terutama dalam hal keunggulan dan kelemahannya dalam segala aspek kehidupannya.
Tradisi berpikir keilmuan yang diperoleh dari dunia Islam terus dikembangkan dengan lebih cepat. Lompatan pertama adalah lewat kritik tajam Roger Bacon terhadap pola berpikir Aristoteles. Menurut M.Iqbql sistem empiris Roger Bacon terhadap pola berpikir Aristoteles (John Loose 1977). Menurut M. Iqbal system pemikiran empiris Roger Bacon adalah diwarisi dari Ibn Timiyah. Bila kita mengikuti pemikiran falsafah ilmu bahwa perkembangan ilmu pengetahuan adalah bersifat komulatif, mustahil rasanya gerakan ekspedisi Columbus itu dimulai dari nol. Dugaan kuat umat Islam Spanyol saat itu memang telah memperkirakan adanya peta dan wilayah baru yang belum dijamah oleh umat manusia saat itu
Berkembangnya kebudayaan baru di Eropa bukannya tidak terdeteksi sama sekali oleh umat Islam pada saat itu. Ketika umat Islam Indonesia jatuh tenggelam pada era penjajahan, kesultanan Utsmani Turki telah saling tukar menukar duta besar seperti layaknya modern sekarang. Para pejabat Turki Utsmani bukannya tidak tahu sama sekali munculnya kebudayaan baru di Eropa. Bahkan catatan perjalanan para pejabat Turki Utsmani dan polemik kebudayaan antara Islam dan Barat telah berlangsung saat itu. Laporan perjalanan itu biasa disebut dengan sefaretname. Jadi kontak kebudayaan antara Islam dan Barat khususnya dalam bidang politik dan Iptek berlangsung sejak lama. Usaha pembaharuan di kerajaan Turki Utsmani bukannya berhenti usaha tersebut berasal dari inisiatif Sultan Mahmud 11, kemudian tanzimat gerakan Utsmani muda dan disusul dengan gerakan Turki muda akan tetapi pergumulan tersebut harus diakhiri dengan kegagalan di segaela bidang.
Pada perang dunia I, Turki Utsmani telah tidak Berjaya lagi dan akhirnya timbul revolusi Mustafa Kamal yang dapat menyelarnatkan dari Eropa akan tetapi nasib umat Islam yang lain secara beruntun jatuh ke tangan Napoleon (1789). Hanya 9 tahun pecahnya revolusli di Perancis Napoleon tidak datang hanya dengan senjata tapi juga datang dengan puluhan ilmu sosial kemasyarakatan. Kemudian wilayah kekuasaan Utsmani di kapling-kapling sehingga umat Islam menjadi Nation State (nasionalisme)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar