Senin, 15 Agustus 2011

JAZIRAH ARAB PRA ISLAM


Jazirah dalam bahasa Arab berarti pulau jadi “Jazirah Arab” berarti “Pulau Arab”. Oleh bangsa Arab tanah air mereka diebut jazirah, kendatipun hanya dari tiga jurusan saja dibatasi oleh laut. Yang demikian itu adalah secara majs (tidak sebenarnya). Sebagian ahli sejarah menamai tanah Arab itu “Shibhul Jazirah” yang dalam bahasa Indonesia berarti “Semenanjung”.
Jazirah Arab itu berbentuk empat persegi panjang, yang sisi-sisinya tiada sejajar. Disebelah barat berbatas dengan Laut Merah, di sebelah selatan dengan Lautan Hindia, di sebelah timur dengan Teluk Arab dan di sebelah utara dengn Gurun Irak dan Gurun Syam (Gurun Siria). Panjangnya 1000 km lebih, dan lebarnya kira–kira 1000 km.
Jazirah Arab itu terbagi atas dua bahagian :
1.      Bagian Tengah
2.      Bagian Tepi
Bagian tengah terdiri dari tanah pergunungan yang amat jarang dituruni hujan. Penduduknya pun sedikit sekali, yatu terdiri dari kaum pengembara yang selalu berpindah–pindah tempat. Menuruti turunnya hujan, dan mencari padang–padang yang ditumbuhi rumput tempat mengembalakan binatang.
Penduduk bagian tengah Jazirah Arab disebut kaum Badui, yaitu penduduk gurun (padang pasir). Binatang ternak yang amat penting bagi kehidupan mereka ialah yang oleh mereka diberi nama “Safinatus Shahra” (Bahtera padang pasir), dan biri–biri. Biri–biri ini adalah salah satu dari bahan hidup yang terpenting bagi mereka.
Bagian tengah dari Jazirah Arab terbagi atas dua bagian :
1.      Bagian utara, didebut “Nejed”
2.      bagian selatan disebut “Al Ahqaf”

Bagian selatan pendudukn ya amat sedikit, oleh karenanya bagian itu dikenal dengan nama “Ar Rab’ul Khali” (tempat yang sunyi).  Adapun bagian Arab bagian tepi adalah merupakan sebuah pita kecil yang melingkari Jazirah Arab itu. Hanya dipertemukan Laut Merah dengan Laut Hindia pita itu agak lebar. 
Pada Jazirah Arab bagian tepi itu, boleh dikatakan hujan turun dengan teratur, oleh karena itu penduduknya tiada mengembara, melainkan menetap di tempatnya. Mereka mendirikan kota–kota dan kerajaan–kerajaan, dan sempat pula membina berbagai kebudayaan. Oleh karena itu mereka disebut “Ahlul Hadhar” (penduduk negeri).
Di bagian tepi di sebelah utara pernah berdiri kerajaan Hirah dan Ghassan. Yamah, Hejaz, Hirah dan Ghassan itulah yang merupakan negeri di Jazirah Arab, selainya adalah gurun.  

GURUN (PADANG PASIR)
Kesitimewaan penduduk gurun terutama ialah, mereka mempunyai nasab murni. Hal ini disebabkan Jazirah Arab tidak pernah dimasuki oleh orang asing. Bahasa merka terpelihara, karena kerusakan bahasa terutama disebabkan oleh percampuran dengan bahasa-bahasa asing, seperti yang kelihaatan pada bahasa penduduk negeri, namun mereka tetap murni dan terpelihara.
Karena bahasa mereka masih murni, maka padang pasir itu dijadikan sekolah tempat mempelajari dan menerima bahasa Arab yang fasih, dikala bahasa Arab itu telah mengalami kerusakan di kota-kota dan negeri.
Kehidupan di padang pasir memerlukan perasaan kesukuan, karena sukuisme itulah yang akan melindungi keluarga dan warga suatu suku. Di padang pasir tidak ada pemerintahan atau suatu badan resmi, yang dapat melindungi rakyat atau warga negaranya dari penganiayaan dan tindakan sewenang-wenang dari siapa saja.
Untuk memuliakan dan menghormati Ka’bah yang didatangi oleh bangsa Arab dari segenap penjuru guna mengerjakan haji dan umrah, maka dilaranglah berperang atau melancarkan penyerangan-penyerangan pada beberapa bulan dalam setahun, yaitu pada bulan Zulqaidah, Zulhijjah, Muharam (pada bulan-bulan tersebut mereka mengerjakan haji)  dan  Rajab (di bulan ini mereka mengerjakan umrah).
Bangsa badui telah pernah memegang peranan penting dalam memlancarkan perniagaan dunia, yaitu sebelum Teruzan Suez digali. Laut Merah di waktu itu belum dipakai untuk pelayaran, karena banyak  pulau-pulau. Maka kaum Badui penduduk guru itulah yang bekerja memperhubungkan perniagaan antara benua Asia dan benua Eropa dengan melalui Jazirah Arab. Jalur-jalur perniagaan telah mereka atur dengan rapi dan seksama. Sistem pemerintahan pada  bangsa Badui adalah sistem bersuku-suku.

NEGERI-NEGERI

YAMAN
Perkataan Yaman berasal dari kata “Yumn”  yang berarti “berkat”. Dinamai demikian, karena negeri ini banyak berkat dan kebaikan.
Negeri Yaman makmur karena tanahnya subur. Hujan pun banyak turun di sana. Anak negerinya membuat waduk-waduk  dan  bendungan-bendungan air, agar dengan adanya waduk-waduk dan bendungan-bendungan air itu, air hujan dapat dipergunakan dengan baik, dan juga agar kota-kota dan kampung-kampung serta tanaman mereka tiada dilanda air bah di musim hujan. Penduduk Yaman pun pernah memegang peranan besar dalam melancarkan perniagaan antara Timur dan Barat.
Diantara kerajaan-kerajaan penting yang telah pernah berdiri di Yaman ialah: Kerajaan Ma’in, Qutban, Saba’ dan Himyar.
Kerajaan Ma’in berdiri kira-kira tahun 1200 sebelum Masehi, dan kerajaan Qutban berdiri kira-kira tahun 1000 sebelum Masehi. Kerajaan Qutban inilah ytang jadi pengawas Selat Bab el Mandeb. Akan tetapi hal-hal yang mengenai kerajaan ini amat sedikit yang dikenal. Akhirnya kedua-duanya roboh, dan di atas puing kerobohannya berdirilah kerajaan Saba’.

Tidak ada komentar: