Sewaktu Nabi Muhammad SAW hidup,beliau SAW melarang para sahabat menuliskan selain dari wahyu yang datang dari Allah,yaitu ayat suci Al Quran.Alasan karena kebijaksanaan Nabi SAW yang kadang disalahartikan,khususnya para orientalis yang jahil dengan mengira bahwa hadist Nabi tidak otentik karena ditulis setelah satu abad berlalu dari masa hidupnya.
Hikmah larangan Nabi SAW untuk menulis selain Al Quran adalah untuk menghindari adanya penambahan.Sebab semua ayat Al Quran yang turun kepada Nabi SAW dilafalkan atau dibacakan kembali kepada para sahabat.Para sahabat yang kuat ingatannya telah menghafalkannya,tetapi meraka yang kuat hafalannyapun tetap berhati-hati untuk menuliskan firman-firman Allah SWT,supaya tetap terjaga dari ingatan mereka.
Rosul SAW memang melarang sahabat untuk menuliskan hadist,tetapi beliau memberikan pengecualian kepada beberapa sahabat.Karena Rosul SAW tahu betul potensi-potensi saabat dan izin itu diberikan diantaranya kepada Abu Hurairah dan Abdullah bin Amr.
Abu Hurairah RA mulai menghafal segala sesuatu yang didengarnya dari Nabi SAW,beliau membagi malam menjadi tiga bagian yaitu satu bagian untuk tidur,satu bagian untuk shalat(malam),dan satu bagian lagi untuk menghafal hadist-hadist.Selain ahli menghafal,beliau juga menuliskan hafalannya itu dalam sebuah kumpulan tulisan dengan alasan takut lupa.Beliau selalu membacakan apa yang tela ditulisnya itu dihadapan Nabi SAW untuk memastikan tidak ada kesalahannya.Dengan cara tersebut,karyanya mendapatkan pembenaran dari Nabi SAW.
Sahabat Nabi SAW lain yang mendapatkan izin menuliskan hadist adalah Sahabat Abdullah bin Amr RA.Abu Hurairah berkata,”Tidak ada satupun sahabat yang dapat menyatakan bahwa dirinya telah menghafal hadist sebanyak hadist yang kuhafalkan kecuali Abdullah bin Amr,yang telah menuliskan hadist sejak awal,sementara aku tidak melakukannya sejak awal.”
Jumlah hadist yang dihafal Abu Hurairah adalah 5.374 hadist,sedangkan Abdullah bin Amr sebanyak 5.384 hadist.Abdullah bin Amr mengumpulkan hadist Nabi SAW dalam sebuah kumpulan yang diberi judul Sadiqa.
Bagaimana proses Sayyidina Abdullah bin Amr dalam menuliskan hadist?
Suatu hari beliau bertanya kepada Nabi SAW,apakah dia harus harus menuliskan setiap apa yang didengarnya dari beliau Nabi SAW bagaimanapun keadaannya?
Setelah menjawab dengan nada setuju,Nabi menunjuk pada kedua bibir beliau yang mulia dan berkata bahwa tidak ada suatu kebenaranpun yang tidak keluar dari kedua bibir Rosulullah (HR Bukhari).
sumber:wajibbaca.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar