Sabtu, 02 Juli 2011

Nasib Astronot NASA Tanpa Pesawat Ulang Alik


Menyusul pensiunnya para astronot AS, pesawat ulang alik Space Shuttle Atlantis juga akan dilengserkan Juli ini. Artinya, NASA tak akan punya kendaraan lagi ke luar angkasa.


Space Shuttle Atlantis adalah pengorbit terakhir Space Shuttle aktif dalam armada pesawat ulang-alik milik National Aeronautics and Space Administration (NASA), spaceflight dan badan eksplorasi antariksa AS. Sebagai Space Shuttle operasional keempat dan terakhir yang dibangun perusahaan Rockwell International di California Selatan pada April 1985, Atlantis sudah tidak bisa digunakan lagi karena memasuki masa pensiun.

Misi terakhirnya adalah STS-135, penerbangan terakhir sebelum program Shuttle berakhir. Penerbangan akhir ini disahkan oleh Presiden pada Oktober 2010, untuk membawa pasokan tambahan ke ISS dan mengambil beberapa hal dari sebuah proses untuk misi Launch on Need, yang hanya akan diterbangkan bila awak Endeavour membutuhkan penyelamatan.

Sebagai penggantinya, AS sedang membangun pesawat luar angkasa untuk perjalanan manusia, yang saat ini baru mencapai titik render artisnya. ‘Kendaraan kru multi tujuan’ ini disebut-sebut cocok digunakan mengunjungi asteroid pada 2025 ini .

Namun, untuk tetap menjalankan aktivitas di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS), astronot AS akan menumpang pada pesawat kapsul ruang angkasa Rusia, Soyuz. NASA sendiri membayar agensi luar angkasa Rusia untuk mendapat kursi di Soyuz. Selama beberapa tahun, kapsul Soyuz bertanggung jawab membawa dan mengembalikan awak ISS.

ISS, stasiun ruang angkasa yang sebenarnya laboratorium yang mengorbit, terus menjadi rumah enam awak dari salah satu negara yang memiliki program luar angkasa. Masa tugas mereka disana yakni enam bulan. Tiap tiga awak akan menggantikan awak lainnya per tiga bulan.

Selain membawa awak, Soyuz selama ini juga telah melayani lebih dari sekadar menjadi truk pengiriman. “Ada misi berawak ke ISS untuk mengirim pasokan dan kargo. Namun, pesawat itu bukanlah untuk tinggal, “ ujar humas NASA untuk operasi ruang angkasa Joshua Buck.

Awak ISS di masa depan juga akan berlatih bersama di Johnson Space Center di Houston, seperti yang pernah dilakukan sebelumnya. Kemudian, mereka menyelesaikan pelatihan di Rusia sebelum meluncur bersama Soyuz dari Kazakhstan di Asia Tengah.

Buck menuturkan, pergeseran untuk penerbangan Soyuz ini sebenarnya bukanlah perombakan besar bagi astronot AS. “Astronot NASA dan Eropa serta Jepang telah terbang ke ISS menaiki Soyuz selama beberapa tahun,” katanya.

Kerjasama antara badan luar angkasa AS dan Rusia juga sudah terjalin sejak lama. Pada Juli 1975 misalnya, pesawat ulang alik Apollo dan sistem peluncur Soyuz berangkat bersama ke luar angkasa. Soyuz bertugas mengambil gambar, sedangkan Apollo mengorbit.

Selain itu, AS-Rusia juga sempat bekerja sama dalam Shuttle Mir Program, yakni program kolaborasi yang melibatkan pesawat ulang alik AS berkunjung ke MIR Rusia. Di sini, astronot Rusia naik di shuttle AS, sebaliknya, astronot AS naik di Soyuz. Tujuannya adalah agar astronot AS belajar pengalaman ruang angkasa Rusia.

Adapun terkait pengurangan jumlah astronot NASA yang diperlukan untuk perjalanan antariksa, humas Johnson Space Center Nicole Cloutier-Lemasters mengatakan, astronot tambahan yang sebelumnya telah berlatih di misi pasokan ISS akan mengambil peran lain berbasis darat seperti membantu penelitian dan desain kendaraan NASA masa depan .

“Karena ada semacam waktu penting untuk misi masa depan, ada banyak terobosan dan ada banyak hal yang harus dilakukan selama pekerjaan awal,” kata Cloutier-Lemasters. Jadi, beberapa astronot kami akan mendukung awak di kantor, meninjau desain seperti desain panel instrumen, dan memberi umpan balik, lanjutnya.
Penugasan lain dari astronot adalah, “Dipindah ke posisi lain di badan itu,” tutupnya. [ast]

Sumber
Inilah.com

Tidak ada komentar: